Senin, 19 Mei 2014

Penjelah-penjelajah benua Amerika sebelum Christhoper Colombus



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Christopher Columbus sebagai penemu benua Amerika merupakan sebuah kepercayaan umum. Pada bulan Oktober tahun 1492, Columbus mencapai benua Amerika ketika ia sedang mencari India. Terdapat beberapa sejarawan yang mempercayai bahwa bukan daratan Amerika yang dicapai oleh Columbus, melainkan pulau Bahama. Columbus kembali ke Spanyol setelah pelayaran ini. 
Kemudian pada tahun 1497, penjelajah asal Italia Amerigo Vespucci mengklaim telah menemukan Amerika. Martin Waldseemuller adalah orang pertama yang menyebut daratan ini dengan nama Amerika. Namun, kita tidak dapat secara pasti menyimpulkan bahwa Columbus dan Amerigo Vespucci merupakan orang pertama yang menemukan benua besar ini. Orang Cina mengklaim bahwa mereka telah menemukan benua Amerika jauh sebelum pelayaran yang dilakukan oleh orang Eropa. Jadi siapa penemu benua Amerika?
Untuk membahas penemu benua Amerika akan dijabarkan dalam makalah ini dengan menceritakan penjelajah-penjelajah benua Amerika sebelum Christhoper Columbus.

1.2   Rumusan Masalah
1.      Siapakah penjelajah-penjelajah benua Amerika sebelum Christhoper Colombus?
2.      Bagaimanakah kedatangan Ras Mongoloid dari Asia ke Benua Amerika?
3.      Bagaimana pelayaran John Cabot sang penjelajah dari Italia?
4.      Bagaimanakah bukti atau tanggapan mengenai pendapat bahwa muslim sebagai penemu benua Amerika?


1.3   Tujuan
1.      Menjelaskan Penjelajah-penjelajah benua Amerika sebelum Christhoper Colombus.
2.      Menjelaskan kedatangan ras Mongoloid dari Asia ke benua Amerika.
3.      Menjelaskan perjalanan John Cabot dari Italia.
4.      Menjelaskkan tentang muslim sebagai penemu benua Amerika.

























BAB  II
PEMBAHASAN MASALAH

2.1   Penjelajahan Sebelum Christopher Colombus
Banyak orang telah mencapai benua Amerika sebelum Columbus. Orang-orang dari Asia telah mencapai Amerika ribuan tahun sebelum Columbus dan telah menjadi penghuninya. 
Ekspedisi Norse ke Amerika dimulai jauh sebelum 1492 AD. Ekspedisi-ekspedisi ini diprakarsai oleh Bjarni Herjolfsson. Dispekulasi bahwa Herjolfsson mulai dari Islandia dan menuju Greenland. Ia tersesat dalam badai, yang menyebabkan kapalnya terbawa ke arah selatan. Herjolfsson secara tidak sengaja menemukan daratan dengan perbukitan dataran rendah dipenuhi vegetasi. Namun, ia lebih tertarik untuk mencari jalan kembali ke Greenland daripada menjelajahi tempat ini. 
Leif Ericsson memutuskan untuk menemukan Dunia Baru setelah membaca laporan resmi dari Bjarni Herjolfsson mengenai pelayaran tersebut. Ericsson dikatakan telah mencapai L'Anse aux Meadows di Newfoundland, Canada bersama dengan 35 awak kapal miliknya. 
Kebanyakan ekspedisi sebelum zaman Christopher Columbus tidak didokumentasikan dengan baik. Tidak adanya prasasti di Amerika Utara menimbulkan keraguan tentang klaim penjelajah Norse. Akan tetapi, dikatakan bahwa penjelajah ini hanya menceritakan perjalanan mereka dan tidak terbiasa mendokumentasikannya.
Sesuai dengan beberapa catatan yang ada, Laksamana Cheng Ho (Admiral Zheng) adalah orang pertama yang menemukan Amerika. Namun, klaim ini dianggap salah karena tidak ada pelayaran Laksamana Cheng Ho yang melampaui Samudera Hindia. 
Catatan-catatan mengenai penjelajah Asia mencapai pantai Amerika Utara tahun 499 SM telah ditemukan di dokumen tertanggal 629 AD. Seorang biksu Buddha dari Cina bernama Hai-Shen dikatakan telah mencapai Amerika Utara. Hai-Shen mencapai tanah dongeng dari Fu-Sang dalam perjalanannya ke Timur. Menariknya, tanah Fu-Sang yang dijelaskan oleh Hai-Shen sangat menyerupai Amerika Utara. Meskipun catatan-catatan ini tidak dianggap sebagai bukti yang konkret, catatan-catatan ini membuka jendela baru atas kesempatan bagi sejarawan untuk mencari penemu benua Amerika yang sebenarnya. 

2.2   Kedatangan Ras Mongoloid dari Asia Ke Benua Amerika
Benua Amerika tidak memiliki penduduk asli. Sampai sekarang ini dibenua Amerika belumpernah diketemukan jenis manusia primitif seperti manusia Jawa atau manusia Peking (Manusia purba). Para Arekeolog maupun para antropolog hingga kini belum pernah menemukan fosil manusia purba yang mirip kera seperti Meghantropus Paleojavanicus, Pithecantropus  Erectus yang diketemukan di Jawa. Sesungguhnya kera bukan asli jenis binatang yang berasal dari benua Amerika karena berdasarkan hasil penelitian purbakala, dibenua ini belum pernah ditemukan fosil Kera.
Para ahli purbakala sependapat bahwa nenek moyang bangsa Indian adalah varietas-varietas jenis Homo sapiens yang telah mengalami evolusi. Menurut para ahli purbakala bahwa mereka mulai menetap di benua baru yaitu Amerika sejak kala pleistosen (zaman es sekitar 34.000-30.000 SM) setelah mendapat perlengkapan kebudayaan, pakaian hangat, dan tempat berlindung yang memadai untuk mempertahankan hidup dalam iklim dingin di daerah baru. Mereka diduga berasal dari daratan Asia, yakni cina termasuklah mongoloid yang datang kebenua Amerika melalui rute Siberia-selat bering menuju Alaska yang ada waktu itu masih terdapat jalan darat. Belumada bukti arkeologis yang menjelaskan sebab-sebab mereka bermigrasi kebenua Amerika. Apakah mereka berpindah dari daratan Cina di Asia menuju benua Amerika karena dikejar musuh atau tergera mencari makan, belum ada hasil penelitian purbakala yang menjawabnya. Setelah mereka tiba di Alaska kemudian bergerak perlahan kearah selatan dan tiba di Meksiko sekitar 10.000 SM.dari Meksiko kemudian mereka melintasi Amerika Tengah dan tibah di Amerika Selatan. Pada saat mereka tiba di Amerika Selatan (10.000 SM) berakhirlah zaman Es (1.000.000-50.000 SM) yang berakibat terputusnya jalan darat Siberia-Alaska dikarenakan oleh encairan es kutub utara yang akhirnya munculkan selat Bering.
Nenek moyang orang-orang Indian bermigrasi ke Benua Amerika dalam kelompok-kelompok kecil secara bertahap dengan melalui siberia timur, selat bering, kemudian menuju Alaska yang ada di benua Amerika bagian utara. Lintasan ini tidak pernah dapat dilakukan secara mudah. Memang berapa kali selama kala Pleistosen permukaan laut menurut 100 m lebih akibat terserapnya air laut akibat Gletser pada zaman es, sehinggaselat ini berupa tanah kering. Mereka yang berjalan melintasi jembatan daratan bering itu menemui hambatan. Hampir sepanjang waktu ketika permukaan laut renda, gletsernya besar-besar dan lempemgan es yang tidak terleawi di Alaska selatan dan Kanada Barat menutup jalan ke Selatan. Atau mungkin mereka berjalan melintasi jembatan daratan ketika selatnya telah kering, lalu mereka tinggal berabad-abad di daerah yang bebas es di Alaska dan kanada barat sampai gletser menyusut dan ada jalan ke daerah yang lebih menarik di Amerika Utara. Dimungkinkan proses berselang-seling ini berlansung beberapa kali dan setiap kali memasukkan gelombang baru dari siberia.
Perkiraan waktu kedatangan nenek moyang orang-orang indian dari daratan Cina ke benua Amerika terus bergeser semakin jauh ke dalam jangkauan prasejarah. Para antropolog (sebelum 1950-an) berpendapat bahwah nenek moyang orang-orang Indian yang berasal dari Cina untuk pertama kali menginjakkan kaki ke benua Amerika di duga sekitar 15.000 tahun yang lalu. Namun, berdasarkan beberapa bukti temuan arkeologis, perkiraan tersebut masih kurang tepat. Sebuah tengkorak yang ditemukan di Los Angles di duga berumur 23.600 tahun dan 2 tengkorak di sandiego bahkan lebih mengejutkan karena diperkirakan berumur 44.000 tahun dan 48.000 tahun. Jika penetapan waktu tengkorak Sandiego itu benar maka akan besar implikasinya bagi sejrah umat manusia di benua Amerika. Hal ini karena pada 44.000 atau 48.000 tahun silam tidak ada jembatan darat ( Land bridge) di selat bering, karena orang-orang tersebut telah menyebrang melalui jembatan darat pada 80.000 tahun yang lalu. Oleh karena itu, sebagian para ahli purbakala maupun para antropolog menolak kebenaran penentuan waktu penemuan tengkorak di Los Angles dan di Sandiego.
Pendatang dari Asia pada masa lampau itu kemudian menyebar luas di daerahnya yang baru dan meninggalkan tempat perkemahan yang terpencar-pencar dengan meninggalkan bukti arkeologis berupa kumpulan alat kasar dari batu seperti kapak serta penggaruk. Artefak tertua yang sudah di tarikhan dengan jelas ditemukan di situs-situs yang terpisah jauh, misal di Peru dan Kanada. Disebuah Gua di Peru ditemukan sekumpulan alat batu kasar yyang menurut penarikhannya berumur 20.000 tahun dari tulang karibu. Semua artefak tua di dua daerah itu termasuk dalam budaya Paleolitikum biasanya hidup secara nomaden.
Kelompok kecil pertama nenek moyang orang-orang indian telah berani menempuh Gletser yang berbahaya dan telah berhasil menginjakkan kakinya di benua Amerika sekitar 80.000 tahun yang lalu. Di benua yang baru mereka berada dalam firdaus Paleolitikum, sebab di benua Amerika yang baru ditemukan tidak ada manusia lain yang menjadi musuh ataupun pesaingnya dan persediaan makanan yang melimpah karena binatang belum mengerti bahwa manusia itu berbahaya. Dengan keadaan demikian mereka berkemban biak dengan pesat dan menyebar dengan cepat keseluruh wilayah benua Amerika.
Dilihat dari jenis senjatanya, orang-orang indian kuno tersebut tidak mungkin berburu binatang besar dengan menggunakan senjata yang sederhana, namun pada kira-kira memasuki 12.000 tahun yang lalu terjadi perubahan besar. Bukti prubahan dengan ditemukakannya mata lembing clovis di Amerika Serikat dan Meksiko. Lembing Clovis merupakan senjata yang sangat ampuh dan berguna untuk berburu binatang besar seperti Mamut dan Gajah besar berbulu.
Orang Amerika yang paling awal mengenal sistem pertanian adalah orang indian dari Meksiko. Pada 1954 Richard S. Mac Neish dari Museum Nasional Kanada menggali dua gua dan ditemukan sampah berlapis-lapis peninggalan masa lampau. Setelah di teliti secara cermat melalui tes karbon 14, ternyata sampah tersebut berasal dari 7000 tahun SM. Dalam perkembangannya, sekitar 2500-1000 SM orang-orang Indian di Meksiko telah mengenal sistem pertanian dengan menanam jenis tanaman seperyi labu, semangka kacang merah, kacang kuning dan jagung. Indian kuno di Amerika Tengah dan Amerika selatan, memainkan peran penting sekali dalam penyediaan pangan bagi dunia modern. Jagung merupakan makanan pokok di kebanyakan negeri yang terlampau dingin dan tidak kekurangan cahaya matahari untuk pembudidayaanya.
Dalam perkembangan dari abad ke abad berikutnya jauh sebelum Cristopher Colombus menamai imigran yang berasal dari cina tersebut sebagai bangsa indian, bangsa ini tumbuh dan berkembang menjadi suku-suku bangsa baru seperti: suku bangsa Toltec dan Aztek di Meksiko, suku bangsa Karawak dan karib di Kepulauan Karibia, suku bangsa Maya di Amerika tengah, suku bangsa Inka di Peru, suku bangsa Chibcha di Kolombia, suku bangsa Arauchinia di Chili dan suku bangsa Patagoia di Argentina. Berdasarkah dari hasil penelitian Arkeologis maka, dapat bahwa jauh sebelum kedatangan orang-orang eropa, bangsa indian tersebut sudah memiliki peradaban yang bermutu tinggi seperti yang telah di wariskan oleh suku Maya, Aztek dan Inka.
Memang sungguh ironis nenek moyang orang-orang Indian terdahulu yaitu sekelompok ras mogoloid yang berasal dari daratan Cina pergi untuk menemukan benua Amerika melalui rintangan alam yang sangat dahsyat berupa lempengan-lempengan es raksasa disepanjang rute selat bering dan Alaska. Mereka tumbuh dan berkembang dan menyebar menempati seluruh pelosok benua Amerika dengan membangun peradaban yang bermutu tinggi. Namun, para sarjana barat tidak memberikan predikat kepadanya bahwa sesungguhnya merekalah yang pertama kali menemukan benua Amerika jika dibandingkan dengan Kristopher Colombus yang belum pernah menginjakkan kakinya di benua Amerika, namun ia diberi penghargaan di benua Amerika. Padahal ia hanya menginjakkan kakinya di Guanahanni di pulau Walting, sebuah gugusan kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492. Walaupun demikian nenek moyang orang-orang Indian masih terhibur karena Jonathan Norton Leonard dan para Antropolog  maupun Arkeolog Amerika yang lain masih menyebut mereka sebagai orang-orang Amerika paling awal.


2.3   Pelayaran John Cabot 
Penjelajah asal Italia, John Cabot, yang juga dipanggil Giovanni Caboto, merupakan salah satu penjelajah yang telah mencapai pantai Amerika. Meskipun ia orang Italia dan tinggal di Venice sampai tahun 1488, Cabot berangkat ke Inggris untuk mencari peluang menjadi seorang penjelajah. 
Dikatakan bahwa ia terinspirasi oleh pelayaran yang dilakukan oleh Bartholomeu Dias. Pada Mei 1497, John Cabot bersama dengan awak kapalnya berangkat dari Bristol dengan sebuah kapal bernamaMatthew, di bawah komisi dari raja Inggris King Henry VII. Ia dikatakan mencapai Amerika Utara 24 Juni 1497 dan kembali ke Bristol pada 6 Agustus 1497. 
Rincian pelayaran kedua yang dilakukan oleh Cabot pada bulan Mei 1498 masih diselimuti misteri. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat di kalangan sejarawan tentang bagaimana akhir dari perjalanan kedua John Cabot. Cabot mulai berlayar dari Bristol dengan 5 kapal dan 300 awaknya. Salah satu dari 5 kapal dialihkan ke Irlandia karena kapal tersebut bermasalah. Tidak ada kejelasan tentang apa yang terjadi di akhir pelayarannya.

2.4   Muslim sebagai Penemu Benua Amerika

2.4.1  Sumber-sumber dan Perspektif Muslim
Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Al-masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III (929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando (Kepulauan canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar Geografi dan ahli pembuata peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon (Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M0. Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Afrika Tengah antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat. Dua abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di Turki. Peta ini berii informasi akurat tentang belahan bumi bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmanimasa pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.

2.4.2  Sumber-sumber dan Perspektif Barat
Pertama, dalam bukunya Saga America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan yang menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian informasi yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal, yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina. Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.

2.4.3  Hasil-hasil Pengamatan Lapangan dan Persfektif suku-suku Indian Amerika (Cherokee)
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Selanjutnya , ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, nama Universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di Andalusia.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, hari ini di Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik nergara bagian, kota, sungai, gunung, danau dan desa yang diambil dari nama Islamatau nama dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan oleh penduduk asli yang telah ada sebelum Colombus menginjakkan kaninya di Amerika.
Dr. A. Zahoor juga menulis bahwa nama negara bagaian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Nama negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan Tenesse dari Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida, berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan sesuatu dikemudian hari”.
Dr. Mroueh juga menulis, beberapa nama yang dicatatnya merupakan nama kota suci seperti Mecca di Indiana. Medina merupakan nama paling populer di Amerika. Medina terdapat di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota. Medina di Ohio, Medina di Tenesse. Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu jiwa. Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illionis, Moda di Utah dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Colombus mendarat di kepulauan Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh penduduknya. Guanahani berasal dari kata Arab ikhwana (saudara), kemudian dibawa ke bahasa Mandika (kerajaan Islam di barat Afrika) yang berarti ”tempat keluarga Hani bersaudara”. Tapi kemudian Colombus secara ”seenaknya” memberinya nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari pemilik awalnya.
Hari ini, seandainya kita mengunjungi Washington, dan sempat mengunjungi Perpustakaan Kongres (Library of Congress), dan meminta arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan Suku Indian Cherokee, salah satu suku terkemuka Indian, tahun 1787. Di arsip tersebut secara fakta akan ditemukan tandatangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak and Muhammad Ibn Abdullah. Nama suku Cherokee sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab Sharkee.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam bidang perdagangan dan pemerintahan suku yang ternyata didasarkan pada hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutrup aurat, sedangkan kaum lelakinya memakai turban (sorban) dan gamis hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya secara perlahan punah atau dipunahkan dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadhan Ibn Wati.
Mengenai aksara Cherokee yang kemudian diteliti, digali dan dihidupkan kembali oleh seorang tokoh Cherokee modern bernama Sequoyah, adalah terdapatnya kemiripan antara aksara Cherokee yang disebut Syllabari dengan aksara Arab . Bahkan beberapa pahatan peninggalan lama Cherokee di Nevada, ternyata mempunyai kemiripan dengan aksara Arab.
Yang lebih mengherankan adalah, ternyata keterkaitan Islam/Arab tidak hanya dengan Suku Cherokke, tapi juga dengan suku-suku Indian lainnya, seperti Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu dan Zuni. Beberapa kepala suku Indian juga mengenakkan tutup kepala khas orang Islam. Misalnya kepala suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago dan Yuchi. Hal ini dibuktikan pada foto-foto antara tahun 1835 hingga 1870.

2.4.4  Jejak Peninggalan Muslim Amerika
Di sekujur benua Amerika kita akan bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?) dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau.







BAB III
Penutup

2.5   Kesimpulan
Jika kita mengesampingkan pertanyaan mengenai penemu Amerika sebentar saja, dapat dikatakan bahwa Columbus membawa dunia ke era baru kolonialisme. Penemuannya mendorong banyak orang untuk berlayar ke Amerika. Peristiwa Columbus dan Amerigo Vespucci mencapai benua baru ini menawarkan para pedagang banyak peluang yang pada akhirnya mengaruniakan Eropa kemakmuran ekonomi. 
Sumber daya dan daratan luas Amerika masih belum dieksplorasi sampai saat itu, karena itu, penemuan Columbus menandai awal dari era baru. "The New World" atau Dunia Baru, dihuni oleh suku Indian sebelum kedatangan orang Eropa. Akhirnya Eropa mengambil alih tanah tersebut dan memulai pemerintahan mereka sendiri.
Menurut keyakinan umum, Christopher Columbus adalah penemu benua Amerika. Akan tetapi, interaksi antar berbagai macam budaya dan masyarakat di dunia telah menyebabkan penemuan atas banyak kebenaran dan fakta-fakta yang sebelumnya diselimuti misteri. Oleh karena itu, pertanyaan mengenai penemu benua Amerika yang pertama mungkin akan menimbulkan berbagai pertanyaan lain yang mungkin mengharuskan kita untuk mengungkap fakta-fakta dan kebenaran yang masih terkubur oleh waktu.









DAFTAR PUSTAKA

Krisnadi. Ig.2012. Sejarah Amerika Serikat. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Francis Whitney, ed. Keith W. Olsen. 2004 .Garis Besar Sejarah Amerika. Deplu AS.


Sumber internet:
http://fabelster.blogspot.com/2012/05/penemu-benua-amerika-daripenjelajah.html

1 komentar:

  1. Kalau diklaim orang VICKING dan orang MONGOL yg terlebih dulu menemukan Amerika itu pasti lebih benar. Tetapi ada jika Islam menurut ukuran sejarah, baru ada kemarin sore, mengatakan menemukan Amerika TERLEBIH DAHULU tanpa BUKTI SAH, itu adalah HOAX seprti banyak PROPAGANDA dan DAKWAH ajaran dan klaim Islam SUJEKTIF yg mengatakan Islam agama paling baik dan benar didunia.dan tidak sesesuai BUKTI sekarang dimana puluhan juta yg akan jadi ratusan juta orang Islam kelaparan mita makan orang kafir di Amerika,Eropa dan Australia sambil meninggalkan Negara rahmatan lil alaminnya yg juga hanya HOAX BELAKA. Ada bukti lain ?

    BalasHapus