PARTAI KOMUNIS INDONESIA
- Latar Belakang Lahirnya PKI
Awal
masuknya ideologi komunisme ke Indonesia tidak pernah terlepas dari peranan
seorang warga negara Belanda yang bernama Hendricus Josephus Franciscus Maria
Sneevliet. Pada awal masuknya ke Indonesia Sneevliet bekerja disalah satu
harian di Surabaya yang bernama Soerabajasche
Handelsbad sebagai staff redaksi di harian tersebut. Namun tidak lama
berada di Surabaya, Sneevliet memutuskan untuk pindah ke Semarang dan bekerja
sebagai sekertaris di salah satu maskapai dagang di kota tersebut. Pada saat
itu kota Semarang merupakan pusat organisasi buruh kereta api Vereenigde van Spoor en Tramweg Personnel
(VSTP) (M.C. Ricklefs, 2005 : 260).
Sneevliet
sadar betul bahwa keterkaitannya dengan VSTP merupakan sebuah peluang besar
untuk menumbuh kembangkan ideologi komunisme di Indonesia. Pada bulan Juli 1914
bersama personil-personil yang tergabung dalam VSTP seperti P. Bersgma, J.A.
Brandstedder, W.H. Dekker (pada saat itu menjabat sebagai sekertaris VSTP)
mempelopori berdirinya organisasi politik yang bersifat radikal, Indische
Sosial Democratische Vereeniging (ISDV) atau Serikat Sosial Demokrat India.
ISDV kemudian menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (suara kebebasan) sebagai
media propaganda untuk menyebarkan ajaran ajaran komunisme yang menjadi
ideologi dari organisasi tersebut. Oleh karena anggota ISDV terbatas dikalangan
orang orang Belanda, maka organisasi ini belum dapat menjamah dan mempengaruhi
organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Sarekat Islam (SI)
(Poesponegoro , 2008 : 357).
Gebrakan
yang dilakukan Sneevliet pun diperkuat dengan di terbitkannya koran Soldaten en
Mattrozekrant (koran serdadu dan kelasi) dalam lingkungan militer. Isi koran
ini selalu diwarnai dengan ide-ide komunisme yang mengedepankan ide-ide
perjuangan kelas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sneevliet ternyata tercium
oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian pada bulan Desember 1918 Pemerintah
Hindia Belanda mengambil tindakan untuk mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda
karena kegiatan yang dilakukannya dianggap mulai mengancam.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf,
diakses pada hari senin, 10 maret 2014).
Pada
bulan Desember 1919 rekan Sneevliet, Brandstedder juga mengalami hal yang sama
diusir oleh pemerintah Hindia Belanda. Sekalipun Sneevliet dan Brandstedder
telah meninggalkan Hindia Belanda (Indonesia) namun usaha yang mereka lakukan
selama ini telah menemukan hasillnya. ISDV akhirnya berhasil menyebarkan
ajaran-ajaran komunisme di Semarang dan mempengaruhi pimpinan SI Semarang yang
pada saat itu dipimpin oleh Semaun dan Darsono. Ada beberapa hal yang
menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi kedalam tubuh Serikat Islam :
1.
Central Serikat Islam (CSI) sebagai
badan koordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaanya. Tiap-tiap cabang SI
bertindak sendiri-sendiri secara bebas . Para pemimpin lokal yang kuat
mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang.
2.
Kondisi kepartaian pada masa itu
memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hhal
ini disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai
suatu partai politik melainkan sebagai suatiu organisasi guna mendukung
berbagai kepentingan sosial budaya dan ekonomi. Dikalanngan kaum terpelajar
menjadi kebiasaan bagi setiap orang untuk memasuki berbagai macam organisasi
yang di anggapnya dapat membantu kepentingannya. (Poesponegoro , 2008 : 357)
Setelah
mendapatkan dukungan penuh dari SI Semarang, ISDV menjadi semakin kuat dan
ajaran komunisme semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tanggal 23 Mei 1920,
tepatnya di gedung SI Semarang, ISDV sepakat mengganti namanya menjadi
Perserikatan Komunis di Indie (PKI). Perubahan nama ini diperuntukan supaya
organisasi ini lebih tegas dalam mengedepankan nama komunisme sebagai ideologi
dari organisasi mereka selama ini. Semaun dipilih sebagai ketua dan Darsono
sebagai wakilnya. Beberapa tokoh ISDV yang orang belanda diangkat sebagai
pendamping antara lain Bergsma sebagai sekertaris, Dekker sebagai bendahara dan
A. Barrs sebagai salah satu anggotanya. Sekalipun Semaun dan Darsono telah
menjadi pimpinan PKI, namun mereka tetap menjadi pimpinan SI Semarang. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu CSI (Central Sarekat Islam) masih
memperbolehkan anggotanya untuk menjadi anggota dari organisasi lain.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf,
diakses pada hari senin,10 maret 2014).
- Perkembangan Partai Komunis Indonesia
Setelah
berdiri pada tanggal 23 Mei 1920, PKI semakin berkembang pesat. Ada beberapa
hal yang dilakukan oleh PKI
Ø Bergabung Dengan Komintern
Konvensi pertama PKI di gelar di basecamp Sarekat Islam, di Semarang,
Jawa Tengah, pada pertengahan Desember 1920. Ribuan anggota dan simpatisan
hadir disana, dan rapat berlangsung tertutup dan underground,
karena walaupun partai ini sudah memiliki basis massa yang banyak, tapi
keberadaan mereka masih illegal dimata
pemerintah saat itu. Agenda utama Konvensi ini adalah memutuskan satu soal
penting tentang “bergabung tidaknya PKI dengan Komunis Internasional
(Komintern)”.
Dari kesepakatan rapat itu, akhirnya
mereka memutuskan untuk berafiliasi dengan Komintern yang berpusat di Moscow (Uni Soviet), yang di kepalai oleh
Josep Vissarionovich Stalin. Sehingga, kebijakan partai mau tak mau harus segaris dengan apa yang
dirumuskan di Moskow (Komintern), dan wakil pertama Indonesia di rapat - rapat
Komite Eksekutif Komunis Internasional di Moscow adalah Sneevliet (yang
sebelumnya dibuang Belanda) , setelah itu ada Semaoen dan Darsono yang
selanjutnya mereka menjadi agen - agen kunci Komintern. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka (seorang aktivis
PKI yang sebelumnya dikirim belajar ke Netherland
dan kembali lagi ke Indonesia tahun 1919) dan diangkat sebagai pimpinan partai
cabang Asia Tenggara dan Australia.
Selain itu juga berkat di
perbolehkannya keanggotaan ganda pada SI menyebabkan banyak anggota SI yang
kemudian ikut terjun kedalam ISDV. Hal ini karena sebagian besar anggota SI
adalah golongan pedagang dan golongan masyarakat kelas bawah. Selain itu karna
syarat keanggotaan dari SI yang sangat mudah yaitu “hanya beragama Islam”
membuat SI ini berkembang sedemikian pesatnya. Dari situlah timbul gagasan baru
dari Snivleet dan rekan-rekan untuk menyusupi organisasi ini sekaligus
menjaring keanggotaan untuk mendirikan PKI. Dari aksi penyusupan itulah banyak
orang-orang yang tidak mengerti apa makna dari sebenarnya PKI kemudian menjadi
anggota PKI. Bukan hanya itu saja Komunisme
mudah menarik bangsa-bangsa terjajah atau mudah diterima oleh masyarakat karena mereka merasa akan dibebaskan dari belenggu penjajahan. Itulah sebabnya komunisme mendapat sambutan tidak sedikit di Indonesia. Karena
sebagian besar penduduk indonesia adalah golongan petani maupun pedagang yang
kurang mempunyai pengaruh.
- Kemunduran PKI
Karena tindakan PKI yang cukup Radikal akhirnya timbul gerakan anti komunis dan pemerintah
kolonial Belanda mulai mengambil tindakan tegas. Ketegasan itu diwujudkan
dengan penangkapan dan pengasingan terhadap pimpinan komunis dari Indonesia.
Diawali dengan Sneevliet tahun 1919. Tan Malaka tahun 1922 dibuang dan diusir
dari Indonesia. Sedangkan Semaun 1923, dengan demikian semua pemimpin PKI
seperti Darsono, Ali Archam, Alimin, Musso merasa terancam. Pada Konggres PKI
tanggal 11-27 di kota Gede Yogyakarta, dibahas mengenai rencana gerakan bersama
di seluruh Indonesia.15 Rencana pemberontakan ini pada awalnya tidak memperoleh
persetujuan Komintern. Aksi-aksi seperti pemogokan mendapat perhatian serius
oleh pemerintah kolonial Belanda bahkan rapatrapat PKI juga dibubarkan.
Januari 1926 Musso, Boedisoetjitro, dan Soegono
rencananya akan ditangkap oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum tetapi
mereka telah pergi ke Singapura. Kekacauan hari demi hari semakin memuncak dan
hampir semua pimpinan PKI berada di luar Indonesia, seperti di Singapura ada
Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Soegono, Subakat, Sanusi, dan Winata. Sedangkan
Tan Malaka di Manila dan Darsono di Uni Soviet. Akhirnya “PKI melakukan gerakan
dengan “gaya lokal” dan aksi lokal (local action) yang di antaranya tidak
banyak berkaitan dengan komunisme teoritis. Di Banten partai ini menjadi Islam
yang berlebih-lebihan. PKI berkembang pesat di Sumatra dan Jawa tanpa
koordinasi yang kuat, ketika partai ini semakin bertambah menarik bagi
unsur-unsur masyarakat pedesaan yang menyukai kekacauan”, (Ricklefs, 2005:271).
Selama tahun 1925, unsur-unsur yang lebih
mengekstrim dalam Partai Komunis di bawah pengawasan Dahlan dan Soekra, dua
pemimpin yang menolak patuh kepada kepemimpinan yang tetap. Mereka terus
menghasut dicetuskannya revolusi dan memakai metode-metode teoritis. Dalam
usaha-usahanya, mereka didukung oleh dua pemimpin penting yang sudah mapan,
Alimin dan Musso. Kelompok ini berhasil menguasai suatu rapat komisi
pelaksanaan partai tersebut dan para pemimpin persatuan-persatuan dagang pokok
di bawah pengawasan komunis, yang diselenggarakan di Candi Prambanan (antara
Yogyakarta dan Surakarta). Pada pertengahan bulan Oktober 1925. Sebagai
hasilnya, revolusi ditetapkan akan diadakan segera (George McTurnan Kahin, 1995:103).
Alimin kemudian ke Manila untuk menemui Tan Malaka, selaku
wakil Komintern untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia. Dengan harapan rencana
itu akan mendapat dukungannya, ternyata di luar dugaan Tan Malaka menolak
keputusan Parambanan dengan alasan:
a.
Situasi revolusioner belum ada
b.
PKI belum cukup berdisiplin
c.
Seluruh rakyat belum berada di bawah PKI
d.
Tuntutan/sumbangan konkret belum dipikirkan
e.
Imperialisme internasional bersekutu melawan komunisme.
Reaksi Tan Malaka membuat perpecahan dalam
organisasi PKI, tetapi Alimin dan Musso tidak gentar. Kemudian Alimin dan Musso
pergi ke Moskow untuk membahas tentang keputusan Prambanan 16 Maret 1926.
Alih-alih mendapat dukungan20 sebaliknya mereka harus diindoktrinasi lagi.
“Alimin dan Musso tiba di Malaya melalui Kanton pada pertengahan bulan Desember
1926, setelah aksi terjadi. Pada tanggal 18 Desember 1926 mereka ditahan orang
Inggris di Johor dan tidak kembali ke Indonesia lagi (Soe Hok Gie. 2005. hlm.10-11).
Bagai ayam kehilangan induknya, PKI tanpa pemimpin
yang militan. Kegiatannya kacau, ditambah lagi para anggota bingung ikut Tan
Malaka atau Alimin-Musso. Tidak adanya koordinasi para pemimpin ekstrimis,
sebut saja Sardjono dan kawankawan merasa berhasil menguasai dan coba
mempertahankan pengaruh mereka. Bahkan Suparjo yang kembali ke Indonesia untuk
memberitahukan hasil diskusinya dengan Tan Malaka dan Subakat tidak dihiraukan.
Walaupun rencana pemberontakan ditunda tetapi akhirnya meletus juga pada malam
hari tanggal 12 November 192622 di Jawa Barat (Banten, Priangan) dan menyusul 1
Januari 1927 di Sumatra Barat. Pemberontakan di Batavia dapat ditumpas dalam
waktu satu hari. Di Banten dan Priangan penumpasan selesai pada bulan Desember.
Sedangkan di Sumatra dapat ditumpas selama tiga hari dan mendapat perlawanan
yang relatif kuat. Menurut Ricklefs di Jawa seorang Eropa tewas begitu pula di
Sumatra. “Sekitar 13.000 orang ditangkap, beberapa orang ditembak, kira-kira
4.500 orang dijebloskan ke dalam penjara dan 1.038 orang dikirim ke kamp
penjara yang terkenal mengerikan di Boven Digul, Irian, yang khusus dibangun
pada tahun 1927 untuk mengurung mereka.”PKI hancur dan dilarang oleh pemerintah
Kolonial Belanda (Ricklefs, 2005:
272).
Beberapa
perbandingan mengenai Partai Komunis Indonesia dengan Organisasi lain
PKI
merupakan salah satu organisasi yang terbentuk atas prakarsa dari orang-orang
luar seperti H.J.M Snivleet dan rekan-rekannya, bukan golongan bumi putera,
sehingga segala sesuatunya selalu mendapatkan masukan dari orang-orang luar.
Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa organisasi PKI ini segala akar
pemikirannya berasal dari luar. Berbeda dengan organisasi seperti Budi Utomo
yang bersifat kedaerahan dan menjunjung segala sesuatu yang berbau kedaerahan
terutama daerah Jawa.
Tokoh
ISDV/PKI terlalu menonjolkan unsur internasional dalam program perjuangan PPKR
, Sarekat Islam mengutamakan unsur “Islam” sebagai landasan untuk mempersatukan
bangsa , sedangkan Sarekat Hindia (Insulinde) justru menekankan kepada unsur
“kenasionalan”sebagai unsur yang harus lebih dipentingkan daripada
pertimbangan-pertimbangan “keagamaan”, “perjuangan kelas “ dan “kedaerahan”
dalam usaha untuk membangkitkan aspirasi nasional dan kesadaran sosial. Alur gerakan PKI secara langsung dikendalikan oleh moscow
atau dari luar negeri, karena pada waktu itu pusat dari paham komunis itu
sendiri adalah Moscow (Rusia) yang kemudian menyebar keseluruh dunia termasuk
wilayah daratan Asia terutama Cina, Korea Utara dan Indonesia itu sendiri. Dari
beberapa buku yang kami baca banyak sekali yang menyebutkan tentang betapa
radikalnya tindakan PKI itu seperti melakukan berbagai macam pemberontakan yang
pada akhirnya terjadi pada tahun 1926 yang merupakan tanda kehancuran bagi PKI
itu sendiri.
Adapun tujuan berdirinya PKI adalah
untuk membentuk negara indonesia yang komunis yang jelas-jelas bertentangan
dengan akar dan pemikiran masyarakat Indonesia yang pada waktu itu sudah
sedikit terpengaruh Paham Nasionalis yang selalu bertentangan dengan paham
komunis. Selain itu mereka juga dalam mencari perhatian dengan masyarakat dengan
cara membangun konflik di dalam masyarakat maupun tubuh keanggotaan PKI itu
sendiri.
SUMBER
George McTurnan Kahin. 1995.Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik. UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan.
M.C. Ricklefs. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Poesponegoro
, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional
Indonesia V – Zaman Kebangkitan Nasional
dan Masa Hindia Belanda . –cet-2 Edisi Pemuktahiran. Jakarta : Balai Pustaka.
Soe Hok Gie. 2005. Orang-orang
Di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta. Bentang Pustaka.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28277/4/Chapter%20II.pdf,
(diakses pada hari senin,10 maret 2014, pukul 15:00 WIB).
http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol21no1april2007/AKSI%20PARTAI%20KOMUNIS%20INDONESIA%201926%20wahyu%20wirawan.pdf
(diakses pada hari Senin, 10 Maret 2014, pukul 15:05 WIB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar