Senin, 12 Mei 2014

Sejarah Berdirinya Gerakan Ikhwanul Muslimin


Gerakan Ikhwanul Muslimin didirikan oleh Hasan Al-Banna di negeri Kinanah, Mesir. Dari Mesir gerakan ini memberikan pengaruhnya pada berbagai kader dakwah di berbagai negara. Hasan Al-Banna adalah seorang ulama yang mumpuni dalam memahami nash nash syar’i. Beliau juga mendalami berbagai persoalan zamannya di dunia Arab dan Islam, mengikuti peristiwa dunia, dan memahami hakikat peradaban barat yang merupakan peradaban yang terfokus pada kenikmatan dan nafsu syahwat.
Waktu Al-Banna mendirikan Ikhwan, situasi masyarakat muslim di Mesir sedang dilanda krisis. Dia pun berpikir bahwa untuk mengubah krisis itu, harus dengan perubahan yang berangsur-angsur, untuk mengantisipasi adanya penolakan, maka al-Banna dalam awal-awal pendirian Ikhwan, lebih fokus pada pendidikan generasi masa depan. Al-Banna menunjuk hidung peradaban Barat (sekularisme dan komunisme-termasuk kepada elite muslim yag kebarat-baratan) sebagai penyebab sakitnya masyarakat modern, termasuk memberi andil pada kemunduran Islam.
Hasan al-Banna adalah salah satu tokoh pergerakan besar Islam. Jamaah-nya yang bernama al-Ikhwan memberikan pengaruhnya yang banyak diberbagai penjuru dunia muslim. Hasan al-Banna juga mempunyai banyak ide tentang Islam. Idenya tentang Arabisme sebagai contoh. Ia menyebut bahwa umat Islam merupakan bangsa pilihan. Islam, menurutnya tidak pernah bangkit tanpa bersatunya bangsa Arab. Batas-batas geografis dan pemetaan politis tidak pernah mengoyak makna kesatuan Arab dan Islam. “jika bangsa Arab hina, hina pulalah Islam”, demikian al-Banna seperti di kutip dari “Dakwah Kami” yang mengutip dari sabda Rasulullah.
Hasan al-Banna dilahirkan pada Ahad 25 Sya’ban 1324 (14 Oktober 1906) di kota Mahmudiyah, sebuah kawasan dekat Iskandariyah. Nama lengkapnya adalah Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman al-Banna. Al-Banna berasal dari sebuah keluarga pedesaan kelas menengah. Keluarganya termasuk penduduk “negeri seribu menara” Mesir.
Hasan al-Banna menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mahmuddiyah. Di tahun ketujuh dalam usianya, lelaki yang selalu meraih rangking pertama dalam semua jenjang sekolahnya ini, menyelesaikan hafalan separuh al-Qur’an, kemudian menyempurnakan melanjutkan ke sekolah Mu’allimin Awwaliyah (semacam sekolah pendidikan guru) di Damanhur, dan menamatkan pendidikan tingginya di Darul Ulum (1923-1927).
Pada tahun 1927, setelah menamatkan pendidikan tinggi di darul ulum, al-Banna menjadi guru sekolah dasar di Islamailiyah selama sembilan belas tahun. Al-Banna merasakan sangat sedih dengan adanya fenomena yang berlawanan; kekacauan dan perpecahan politik, makin suburnya dekadensi moral semakin jauhnya generasi muda dari tradisi agamanya, meluasnya antusiasme terhadap kebudayaan barat serta berlangsungnya kolonialisme yang menghisap ekonomi rakyat. Maka dengan tekun ia sebagai guru di sisng hari dan mengajar orang-orang tua pada malam hari. Ia juga mengadakan pertemuan-pertemuan di kedai-kedai kopi, lapangan olah rag pasar, dan lain-lain untuk menndengarkan keluhan-keluhan mereka terhadap situasi yang mengitari mereka. Dari sini ia dapat mempengaruhi para tokoh masyarakat untuk turut prihatin akan nasib bangsa Mesir dan kaum Muslimin ke depan.
Tepatnya pada bulan Maret 1928, enam orang pekerja dari perkemahan Inggrismendatang mengadu kepada Al-Banna. Dengan suara terbat-bata mereka berkata: kami telah sadar, juga telah terpengaruh, tetapi kami tidak tahu jalan apa yang harus kita tempuh untuk kejayaan Islam dan kaum Muslimin. Lalu merka berbaiat kepada Allah, untuk menjadi tentara Da’wah Islam, demi kejayaan tanah air dan kebangkitan Bangsa. Lalu salah atu dari mereka mengusulkan tentang nama gerakanyang pantas untuk jama’ah tersebut. Al-Banna menjawab; ``Tinggalkanlah lambang resmi itu!  yang terpenting dalam pertemuan kali ini adalah solusi bagaimana kita keluar dari keterpurukan ini, kita ini semua bersaudara untuk mengabdi kepada Islam, jadi kita ini “ Ikhwanul Muslimin”. Sejak saat itulah Ikhwanul Muslimin lahir. Yang tujuan tidak lain memacu smangat generasi kaum beriman untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang benar, dan reformasi sosial bagi masyarakat Muslim.
Jamaa’ah al-Ikhwan adalah gerakan besar yang didirikan oleh al-Banna. Gerakan ini dibentuk pada bulan Dzulqa’dah 1347 H/1928 di kota Islamiyah. Gerakan ini tumbuh dengan pesat dan tersebar di berbagai kelompok masyarakat. Sebelum mendirikan al-Ikhwan, al-Banna juga ikut mendirikan sebuah jamaah sufi bernama Thariqah Hashafiyah dan Jamaah Syubban al-Muslimin. Metode yang diserukan oleh al-Akhwan adalah bertumpu pada tarbiyah (pendidikan) secara bertahap. Tahapan tersebut adalah dengan membentuk pribadi muslim, keluarga muslim, masyarakat muslim, pemerintah muslim, negara Islam, Khalifah Islam, dan akhirnya menjadi Ustadziyatul ‘Alam (kepeloporan dunia).
Al-Ikhwan adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Alla, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw., dan dierukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknnya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang mengatur al-Jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Di kemudian hari, gerakan al-Ikhwan tersebar keseluruh dunia.  Al-Ikhwan pada saat itu dipimpin oleh Hasan al-Banna pada tahun 1930, anggran dasar al-Ikhwan dibuat dan disahkan pada rapat umum al-Ikhwan pada 24 September 1930. Pada 1932, struktur administrasi al-Ikhwan disusun dan pada tahun itu pula, al-ikhwan membuka cabang di suez, Abu Soweir dan al-Mohmoudiyah. Pada tahun 1933, al-Ikhwan menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.


PERKEMBANGAN GERAKAN IKHWANUL MUSLIMIN 
 Perkembangan (1930-1948)
Pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna. Pada tahun 1948, Ikhwanul Musliminturut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuanIkhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan  Ikhwanul Muslimin.


 Perkembangan tahun 1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama denganIkhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakanIkhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.


Perkembangan Tahun1970-Sekarang
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana ikhwanul mendududki posisi sebagai oposisi di parlemen Mesir.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar