Gerakan
Ikhwanul Muslimin didirikan oleh Hasan Al-Banna di negeri Kinanah, Mesir. Dari
Mesir gerakan ini memberikan pengaruhnya pada berbagai kader dakwah di berbagai
negara. Hasan Al-Banna adalah seorang ulama yang mumpuni dalam memahami nash
nash syar’i. Beliau juga mendalami berbagai persoalan zamannya di dunia Arab
dan Islam, mengikuti peristiwa dunia, dan memahami hakikat peradaban barat yang
merupakan peradaban yang terfokus pada kenikmatan dan nafsu syahwat.
Waktu
Al-Banna mendirikan Ikhwan, situasi masyarakat muslim di Mesir sedang dilanda
krisis. Dia pun berpikir bahwa untuk mengubah krisis itu, harus dengan
perubahan yang berangsur-angsur, untuk mengantisipasi adanya penolakan, maka
al-Banna dalam awal-awal pendirian Ikhwan, lebih fokus pada pendidikan generasi
masa depan. Al-Banna menunjuk hidung peradaban Barat (sekularisme dan
komunisme-termasuk kepada elite muslim yag kebarat-baratan) sebagai penyebab
sakitnya masyarakat modern, termasuk memberi andil pada kemunduran Islam.
Hasan
al-Banna adalah salah satu tokoh pergerakan besar Islam. Jamaah-nya yang
bernama al-Ikhwan memberikan pengaruhnya yang banyak diberbagai penjuru dunia
muslim. Hasan al-Banna juga mempunyai banyak ide tentang Islam. Idenya tentang
Arabisme sebagai contoh. Ia menyebut bahwa umat Islam merupakan bangsa pilihan.
Islam, menurutnya tidak pernah bangkit tanpa bersatunya bangsa Arab.
Batas-batas geografis dan pemetaan politis tidak pernah mengoyak makna kesatuan
Arab dan Islam. “jika bangsa Arab hina, hina pulalah Islam”, demikian al-Banna
seperti di kutip dari “Dakwah Kami” yang mengutip dari sabda Rasulullah.
Hasan
al-Banna dilahirkan pada Ahad 25 Sya’ban 1324 (14 Oktober 1906) di kota
Mahmudiyah, sebuah kawasan dekat Iskandariyah. Nama lengkapnya adalah Hasan bin
Ahmad bin Abdurrahman al-Banna. Al-Banna berasal dari sebuah keluarga pedesaan
kelas menengah. Keluarganya termasuk penduduk “negeri seribu menara” Mesir.
Hasan
al-Banna menyelesaikan pendidikan dasarnya di Mahmuddiyah. Di tahun ketujuh
dalam usianya, lelaki yang selalu meraih rangking pertama dalam semua jenjang
sekolahnya ini, menyelesaikan hafalan separuh al-Qur’an, kemudian
menyempurnakan melanjutkan ke sekolah Mu’allimin Awwaliyah (semacam sekolah
pendidikan guru) di Damanhur, dan menamatkan pendidikan tingginya di Darul Ulum
(1923-1927).
Pada
tahun 1927, setelah menamatkan pendidikan tinggi di darul ulum, al-Banna
menjadi guru sekolah dasar di Islamailiyah selama sembilan belas tahun. Al-Banna merasakan sangat sedih dengan adanya fenomena yang berlawanan;
kekacauan dan perpecahan politik, makin suburnya dekadensi moral semakin
jauhnya generasi muda dari tradisi agamanya, meluasnya antusiasme terhadap
kebudayaan barat serta berlangsungnya kolonialisme yang menghisap ekonomi
rakyat. Maka dengan tekun ia sebagai guru di sisng hari dan mengajar
orang-orang tua pada malam hari. Ia juga mengadakan pertemuan-pertemuan di
kedai-kedai kopi, lapangan olah rag pasar, dan lain-lain untuk menndengarkan
keluhan-keluhan mereka terhadap situasi yang mengitari mereka. Dari sini ia
dapat mempengaruhi para tokoh masyarakat untuk turut prihatin akan nasib bangsa
Mesir dan kaum Muslimin ke depan.
Tepatnya pada
bulan Maret 1928, enam orang pekerja dari perkemahan Inggrismendatang mengadu
kepada Al-Banna. Dengan suara terbat-bata mereka berkata: kami telah sadar,
juga telah terpengaruh, tetapi kami tidak tahu jalan apa yang harus kita tempuh
untuk kejayaan Islam dan kaum Muslimin. Lalu merka berbaiat kepada Allah, untuk
menjadi tentara Da’wah Islam, demi kejayaan tanah air dan kebangkitan Bangsa.
Lalu salah atu dari mereka mengusulkan tentang nama gerakanyang pantas untuk
jama’ah tersebut. Al-Banna menjawab; ``Tinggalkanlah lambang resmi itu!
yang terpenting dalam pertemuan kali ini adalah solusi bagaimana kita
keluar dari keterpurukan ini, kita ini semua bersaudara untuk mengabdi kepada
Islam, jadi kita ini “ Ikhwanul Muslimin”. Sejak saat itulah Ikhwanul Muslimin lahir. Yang tujuan tidak lain memacu
smangat generasi kaum beriman untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran
Islam yang benar, dan reformasi sosial bagi masyarakat Muslim.
Jamaa’ah
al-Ikhwan adalah gerakan besar yang didirikan oleh al-Banna. Gerakan ini
dibentuk pada bulan Dzulqa’dah 1347 H/1928 di kota Islamiyah. Gerakan ini
tumbuh dengan pesat dan tersebar di berbagai kelompok masyarakat. Sebelum
mendirikan al-Ikhwan, al-Banna juga ikut mendirikan sebuah jamaah sufi bernama
Thariqah Hashafiyah dan Jamaah Syubban al-Muslimin. Metode yang diserukan oleh
al-Akhwan adalah bertumpu pada tarbiyah (pendidikan) secara bertahap. Tahapan
tersebut adalah dengan membentuk pribadi muslim, keluarga muslim, masyarakat
muslim, pemerintah muslim, negara Islam, Khalifah Islam, dan akhirnya menjadi
Ustadziyatul ‘Alam (kepeloporan dunia).
Al-Ikhwan
adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya
syariat Alla, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah
kepada Rasulullah saw., dan dierukan oleh para salafush-shalih, bekerja
dengannya dan untuknnya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari,
pemahaman yang mengatur al-Jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Di
kemudian hari, gerakan al-Ikhwan tersebar keseluruh dunia. Al-Ikhwan pada saat itu dipimpin oleh Hasan
al-Banna pada tahun 1930, anggran dasar al-Ikhwan dibuat dan disahkan pada
rapat umum al-Ikhwan pada 24 September 1930. Pada 1932, struktur administrasi
al-Ikhwan disusun dan pada tahun itu pula, al-ikhwan membuka cabang di suez,
Abu Soweir dan al-Mohmoudiyah. Pada tahun 1933, al-Ikhwan menerbitkan majalah
mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
PERKEMBANGAN GERAKAN IKHWANUL
MUSLIMIN
Perkembangan (1930-1948)
Pada tahun 1934, Ikhwanul
Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini
ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu,
pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul
Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan
al-Banna. Pada tahun 1948, Ikhwanul
Musliminturut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat
organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi
Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media
massa tak lama setelah pembekuanIkhwanul
Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul
Muslimin.
Perkembangan tahun 1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh
pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi
organisasi Ikhwanul Muslimin.
Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen
Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul
Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950
dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah
pimpinan Muhammad Najib bekerjasama denganIkhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan
monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan
Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer
sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir
menganggap gerakanIkhwanul Muslimin menolak
mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul
Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
Perkembangan Tahun1970-Sekarang
Ketika Anwar Sadat mulai
berkuasa, anggota Ikhwanul
Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi
yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani
menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni
Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul
Muslimin, dimana ikhwanul mendududki posisi sebagai oposisi di parlemen
Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar