Senin, 19 Mei 2014

PERHIMPUNAN INDONESIA




PERHIMPUNAN INDONESIA

A.    Awal Berdirinya Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia (PI) bermula dari sebuah perkumpulan sosial bernama IV (Indische Vereeniging) yang terdiri dari mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negeri Belanda, tempat para mahasiswa itu bergosip politik tanah-air. Berdiri pada tahun 1908, yang bertujuan memperhatikan kepentingan bersama penduduk Hindia Beleanda di negeri Belanda.kelompok ini masih bisa dikatakan moderat sampai lima tahun kemudian. Baru setelah para pemimpin Indische Partij pada tahun 1913 dibuang ke Belanda (dr. Tjiptomangunkusumo, Douwes Dekker, dan Suwardi Surjo-ningrat), IV berkenalan dengan konsep 'Hindia bebas dari Belanda.' Secara perlahan IV pun mengarah ke politik, ditandai dengan diterbitkannya jurnal Hindia Poetra pada tahun 1916, dan menjadi lebih tajam dengan kedatangan para tokoh PKI seperti Darsono, Semaun, dan Abdul Muis pada tahun 1920. Ketika pada tahun 1917 mereka bergabung dengan Chung Hwa Hui (organisasi mahasiswa Indonesia-Cina), mereka memberi nama federasi ini dengan Indonesische Verbond van Studeerenden (Persatuan Mahasiswa Indonesia). Kata Indonesia memang sudah dipakai, tetapi belum mempunyai makna politik positif.
Anggotanya tidak banyak, hanya sekitar 30-an (pada tahun 1926 saja anggotanya hanya 36 orang). Namun pengalaman di Belanda ini, yang nota bene memberi wawasan baru dan pengalaman hidup di tengah masyarakat yang lebih terbuka, berpengaruh besar terhadap diri para anggotanya, yang kebanyakan masih berusia 20-an.
Anggotanya antara lain Iwa Kusumasumantri (lahir 1899), Moh. Nasir Datuk Pamuntjak (1897), Hatta (1902), Sutomo, Sartono (1900), Ali Sastroamidjojo, Budiarto, Iskaq, J.B. Sitanala (1899), Darmawan Mangunkusumo (1901), Sastromuljono (1898), Gatot Mangkupradja (1898), Subardjo (1897) dll. Mereka kebanyakan memang berasal dari keluarga terpandang atau elit tradisional di Indonesia.
Pada tahun 1923 Iwa Kusumasumantri menjadi ketuanya. Pada masanya inilah (1924) IV berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging atau PI, sedang jurnalnya berubah dari Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka. Kata Indonesia sudah secara sadar dipakai untuk maksud politis. Kesadaran ini muncul justru oleh pengaruh keberanian Belanda melawan Spanyol dalam sejarah. Setahun kemudian (Januari 1925) IV (baru) ini resmi menjadi organisasi politik yang radikal dan sebulan kemudian nama PI-lah yang dipakai.
B. Perekembangan Perhimpunan Indonesia
Pada tahun tahun setelah perang dunia pertama berkahir, generasi baru mahasiswa indonesia datang ke negeri belanda dan jumlah mereka lebih banyak daripada jumlah semua mahasiswa indonesia yang belajar di sana sampai saat ini.
Diantara generasi baru mahasiswa  tersebut terdapat sutomo, hatta, sartono, ali sastroamidjojo, budiarto, iwa kusumasumantri, iskaq dan lain lain. Kemudian menjadi tokoh politik nasionalisme indonesia pada tahun 1920an. Generasi baru ini yang datang kenegri belanda ini yang datang ini memeliki kesadaran ilmu politik yang jauh lebih tinggi daripada generasi mahasiswa yang sebelumnya. Banyak dari mereka yang telah aktif dalam organisai pemuda ketika masih berada di indonesia.
Para pendatang baru ini dengan cepat mendominasi IV dan menyalurkan anggotanya kedalam kegiataan aktif sehubungan dengan masalah masa depan politik indonesia. Pada akhir tahun 1922 pengurus baru terpilih mulai mereorganisasi perkumpulan itu dengan mengubah sifat dari cita cita dan kegiatanya.
Dalam pidato yang di ucapkan pada rapat umum yang di selenggarakan pada bulan januari penguru PI terdiri atas Iwa kusumasumanti (ketua), J.B. sitanala (sekertaris), hatta (bendahara), dermawan mangunkusumo (pemegang arsip) dan sastromuljono
1.1  Karakteristik perhimpunan indonesia
Perhimpunan indonesia adalah organisasi nasionalis yang bertendensi politik. Walaupun tujuannya adalah “ menyiapkan kemerdekaan indonesia” dan sarana untuk tujuan “ memajukan kesatuan berpikir indonesia” tapi nyatanya, karena di bentuk di belanda, kerjanya jadi kurang matang. Tentu saja, secara umum PI (perhimpunan indonesia) hanya dapat melakukan hal hal yang berkaitan dengan teori politik saja.
1.2  Prinsip prinsip program
Dasar perhimpunan indonesia adalah penjelasaan atas perinsipnya yang di susun pada tahun 1925. Programnya berdasarkan prinsip non kooperasi dan swadaya. Itulah mengapa PI berwatak revolusioner.
            Prinsip nonkooperasi dan swadaya, pendek kata tergantung pada diri sendiri atau autoaktivitas, terdiri atas :
1.      Di bidang politik : meningkatkan perasaan kesatuan dan solidaritas serta rasa keadilan politik kalangan rakyat. Sekarang ini, perhimpunan indonesia melihat prinsip prinsip nonkooperasi sebagai cara terbaik untuk membangkitkan rasa percaya diri dan rasa punya harga diri.
2.      Di bidang ekonomi : sebuah organisasi, dengan kehidupan ekonominya sendiri yang berdasrkan koperasi, oleh PI dianggap sebagai satu satunya cara mencegah agar pemilik modal besar jangan memiliki kekuasaan kuat.
3.      Di bidang sosial : memperhatikan kepentingan sosial rakyat seperti pendidikan nasional (oleh dan untuk bangsa indonesia). (ingeleson, 1993)
Kegiatan para mahasiswa yang secara radikal di salurkan ke dalam aktivitas politik itu lebih jauh tercermin dalam perubahan nama PI dan jurnal nya pada tahun 1924 . rapat umum yang di adakan bulan januari menegaskan bahwa sejak itu Indische vereenighing bernama indonesiche vereeniging,
Untuk menyebarkan semangat PI menerbitkan manjalah hindia poetra, dalam majalah bulan maret 1923 di sebutkan asas PI adalah “mengusahakan suatu pemerintahan indonesia yang bertangggung jawab hanya kepada rakyat indonesia semata mata, bahwa hal yang demkikian itu hanya di capai oleh orang indonesia sendiri bukan pertolongan dari siapapun juga, bahwa segala jenis perpecahaan tenaga haruslah dihindari suapaya tujuan jelas tercapai”  pada bulan maret 1924 jurnal nya juga beganti nama menjadi indonesia merdeka dari hindia poetra (ingeleson, 1993).
Sejak tahun 1925, selain nama bahasa belanda juga di gunakan dalam bahasa indonesia yaitu perhimpunaan indonesia. Dalam perkembangan nya hanya nama Perhimpunan indonesia saja (PI)  yang di gunakan (indonesia persons, 2013).
Dalam mengambil frasa “Indonesia merdeka” sebagai sloganya, IV mengemukakan bahwa ini merupakaan cita cita yang jauh lebih radikal dari pada “Indie los van nederland”, slogan dari indische partij yang dulu dan PKI.
Meningkatnya kegiataan politik terutama sejak kedatangan dua orang mahasiswa indonesia yang belajar ke belanda, yaitu ahmad subardjo pada tahun 1919 dan moh. Hatta pada tahun 1921. Kegiataan PI kemudian meningkat menjadi nasional dempokratis,  dalam bidang internasional inilah kegiataan PI bertemu dengan perkumupulan pemuda pemuda yang berasal dari negeri  negeri jajahan yang memeiliki cita cita yang sama persis dengan bangsa indonesia. PI nampaknya  juga berusaha agar masalah indonesia mendapat perhatian dari dunia internasional. Oleh karena itu di jalin hubungan dengan “Liga Penentang Imperialisme dan penindasan kolnian” , “Liga demokrasi internasional untuk perdamaian”, “ perkumpulan studi peradaban”, “Komintern” , bahkan dengan “all indian national congress.”
Mulai 1923 selanjutnya, mohammad hatta menjadi kekuataan pendorong dalam PI – perintis dari hampir semua perkembangan dan oranisator utama dari kegiataanya.
Hatta dan sesamnya pemimpin PI lainya sdar bahwa mahasiswa indonesia di belanda merupakaan kelompok intelektual elit baru di tanah mereka, maka mereka mengembangkan presepsi kutat tentang peranan organisasi mereka di negeri belanda dan di dalam kerangka lebih luas dari gerakaan nasionalis secara keseluruhan, mereka berusaha menyadarkan para mahasiswa itu agar semakin merasa diri sebgai orang indonesia dan bukan sebgai orang jawa, sunda atau minangkabau. Mereka menekankan pentingnya kesatuan indonesia dan benar benar yakin akan penting akan peranan penting pemuda indonesia dalam mencapai suatu bangsa yang merdeka dan bersatu.
Ini adalah salah satu cara yang di pakai para pemimpin PI dalam menjalankan tugas nya. Cara lain, dan lebih penting adalah mengembangkan suatu ideologi nasionalis yang baru, yang khas indonesia, bebas dari batasan apakah itu islam atau komunisme. Ada empat pikiran poko dalam ideologi yang di kembangkan di dalam PI, yang menjadi dasar arus utama gerakaan nasional  yaitu sebagai berikut
1.      Hanya suatu kesatuan indonesia yang mengesampingkan perbedaan perbedaan sempit, yang dapat menghancurkan kekuataan penjajah, tujuan umum nya membentuk suatu negara indonesia yang merdeka – menurut pembinaan rasa kebangsaan yang beradarkan aksi massa yang sadar dan percaya diri.
2.      Syarat mutlak untuk mencapai tujuan ini adalah partisipasi seluruj lapisan rakyat indonesia dalam suatu perjuangan yang terpadu untuk mencapi kemerdekaan
3.      Unsur yang poko dan dominan dalam setiap problem politik penjajah adalah konflik kepentingan antara penjajah dan yang di jajah. Kecenderungan pihak penguasa untuk mengaburkan dan dan menutupi masalah ini harus di lawan dengan mempertajam dan mempertegas adanya konflik tersebut
4.      Melihat adanya dislokasi dan demoralisasi sebagai akibat dari pengaruh pemerintah kolonial tehadap kesehataan fisik dan psikis dari kehidupan orang indonesia. Di perlukan sejumlah besar usaha untuk menormalkan kembali kondisi fisik dan psikis itu.
Pada waktu resmi diangkatg menjadi ketua PI tanggal 17 januari 1926 di depan rapat umum hatta berbicara panjang lebar tentang sisitem perekonomian dunia dan konflik kekuasaan, menurut pandanganya akar imperialisme terletak pada sifat orang barat yang materialistis.
Semboyan penjajahan inggris di india adalah “ hukum dan ketertiban”, namu untuk di hindia belanda “aman dan sentosa” dan gubernur jendral belanda makin banyak menggunakaan “wewenang istimewa” untuk menangkap dan mengirimkan sesorang ke pembuangan tanpap proses pengadilan. Dalam keadaan seperti itu, hatta menyadari bahwa kampanye ketidak patuhan rakyat gaya gandhi tidak akan tepat guna di indonesia, bagaimanapun juga ia sangat tertarik, tidak hanya car kongres nasinal india memberi tekanan kepada sikap nonkooperatif, tetapi juga kepada car gandi menekankan pentingna pendidikan untuk membentuk suatu gerakaan politik yang di dukung masa.
Tekanan yang di berikan kepada organisasi dan pembinaan suatu massa yang sadar politik itu untuk selanjutnya menajdi tema yang konsisten dari pandangan politik hatta pada tahun 1920 an dan 1930 an. Dari sini dan dari keyakinannya dalam sikap non kooprtatif dan penting nya bergantung kepada kekuataan dan kemampuan sendiri, hatta menekankan perlunya mulai membentuk suatu negara dalam negaram ia merasa bahwa kaum nasionalis seharusnya terlibat dalam kehidupaan indonesia yang spektrumnya makin lama makin luas, sampai mereka berhasil, secara de fakto, mengambil alih hampir semua fungsi de jure dari pemerintah. Begitu keadaan tercapai tersebut denga gerakaan membangun, misalnya, sekolah, universitas, gedung pengadilan, koperasi dan parlemen nasional sendiri.
Di mana mana ia menekankan pentingnya serikat buruh, perhimpunan kaum proletar di kota kota, ikataan ahli hukum, dokter, insinyur, dan kelompok berdasarkan keterampilan lainya dan organiasi koperasi, dalam perjuangan untuk merdeka.
C. Kemunduran Perhimpunan Indonesia
Keberatan pihak Belanda dengan propaganda masalah Indonesia dalam forum Internasional memang wajar, karena pada masa itu kedudukan bangsa Indonesia masih dalam status jajahan Belanda. Sehingga apa yang dilakukan pihak mahasiswa Indonesia diluar negeri jajahan tersebut dianggap suatu hal yang melanggar aturan pemerintah kolonial Belanda. Seperti, turut berbicaranya pihak mahasiswa Indonesia di Bierville dekat Paris, dan di Brussel, Belgia yang dengan terang-terangan membicarakan tentang gerakan anti-imperalisme dan anti- kolonialisme. Sukses delegasi indonesia didalam kongres “Liga” di dua tempat tersebut membuat marahnya pihak pemerintah Belanda di Nederland maupun Hindia Belanda. Padahal pihak mahasiswa Indonesia telah membuat suatu program dalam gerakan PI untuk berusaha menarik perhatian dunia Internasional. Dengan demikian, kemarahan di pihak Belanda tersebut sudah termasuk dalam perhitungan.
pada saat ditanah air sedang memuncak dan ada peningkatan pergerakan nasional, di negeri Belanda para mahasiswa Indonesiajuga sedang melancarkan propaganda masalah-masalah Indonesia dalam forum internasional. Akan tetapi dengan adanya pemberontakan PKI yang dilancarkan oleh orang-orang PKI dan pengikutnya. Maka gerakan untuk mempropagandakan masalah Indonesia dalam forum internasional mengalami hambatan. Banyak usaha Belanda untuk menghambat pergerakan PI di negeri Belanda, maupun diforum Internasional. antara lain melarang para orang tua mengirim uang atau bekal hidup anaknya yang sedang menuntut ilmu di luar negeri. Kemudian juga meningkatkan pengawasan secara ketat terhadap para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda, dan banyak menuduh para mahasiswa Indonesia sebagai penganut “Komunis”
akibat tidak adanya kiriman uang dari orang tua tersebut banyak para mahasiswa Indonesia yang mengalami kesulitan. Keadaan hidup para mahasiswa Indonesia semakin berat. Begitu pula yang dialami oleh Arnold Mononutu di Paris yang pada waktu itu bertindak sebagai Duta tidak resmi dari PI, selain menuntut ilmu di Paris. Keadaan Arnold Mononutu sangat menyedihkan, sehingga terpaksa kembali ke Nederland dan tidak lagi meneruskan studinya. Di Nederland juga sama. Banyak kawan mahasiswa yang terlantar dan terpaksa hidup dalam rumah penginapan yang sangat sempit dihuni oleh beberapa orang mahasiswa.
Mahasiswa yang sudah berkeluarga seperti Ali Sastroamidjojo beserta istri dan anaknya menempati rumah yang tersendiri, yaitu bekas Dr. Asikin Widjajakusuma di Wasstraat no.1, Leiden, karena Dr. Asikin telah kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya. Akan tetapi, rumah di Wasstraat No.1 ini pun akhirnya juga terpaksa ditempati beramai-ramai, mengingat banyaknya para mahasiswa yang semakin kesulitan tempat tinggal. Dengan demikian, kehidupan mahasiswa mengalami kehidupan yang kolektif, yang berarti makan bersama ala kadarnya. Untuk masak dilaksanakan secara bergilir, dan apabila ada yang terpaksa dapat dibebaskan untuk tidak membayar, tetapi untuk makan tetap dibantu oleh teman-temannya yang lain.
Seluruh kegiatan dan aktifitas dikerjakan secara gontong royong, berhubung rumah di Wasstraat No.1 itu terdiri dari dua tingkat, tang pada waktu Dr. Asikin masih tinggal dirumah tersebut menempati tingkat atas. Sedangkan ditingkat bawah ditempati oleh Dr. Mansyur. Setelah keduanya kembali ke tanah air, maka banyak mahasiswa yang ikut bertempat tinggal dirumah tersebut. Mahasiswa yang ikut tinggal antara lain: Moh. Jusuf, Abdul Gafar Pringgodigdo, Abdul Karim Pringgodigdo, Soelaiman, dan Ali Sastroamidjojo, istri dan anaknya.
Keadaan rumah di Wasstraat No.1 Leiden selanjutnya seolah-olah merupakan penampungan mahasiswa- mahasiswa dari Indonesia. Setiap mahasiswa yang mendapat tekanan hidup karena tidak mendapat kiriman uang lagi dari tanah air, berhubung orang tuanya kebanyakan bekerja sebagai pegawai negeri di Hindia Belanda, maka datang kerumah tersebut untuk menumpang tidur dan makan seadanya untuk beberapa waktu lamanya. Tampak kehidupan mereka rukun, damai dan banyak masalah yang sering dipecahkan dalam suasana hidup demikian itu. Diskusi atau pembahasan masalah tentang perjuangan semakin mantap dan menambah dewasanya cara berpikir mereka.
Namun, tiba-tiba kehidupan yang tampak tenang, rukun, dan damai itu, pada tanggal 10 juli 1927 pikul 10.00 pagi rumah Wasstraat No,1 tersebut digerebek oleh polisi Belanda. Penggerebekan dan penggeledahan dilakukan dengan sangat kasar dan tidak membunyikan bel sama sebelumnya. Pintu bagian depan didobrak sampai rusak, terus masuk dengan membawa senjata pistol dan senjata panjang dengan sangkur terhunus, tampak sangat seram. Keadaan penggerebekan dan penggeledahan dimuat dalam buku Ali Sastroamidjojo.
Ternyata pengerebekan serupa dijalankan juga di tempat tinggal beberapa mahasiswa di negeri Belanda antara lain kediaman Moh. Hatta, yaitu Adelheidstraat, Den Haag. Kemudian tempat tinggal Nazir Pamuntjak, Abdul Madjid Djojoadiningrat dan beberapa mahasiswa yang lain. Pada saat pengerebekan dan penggeledahan tersebut Moh. Hatta sedang tidak berada di negeri Belanda. Melainkan berada di Gland, Swiss, sedang menghadiri undangan untuk memberikan ceramah dalam Kongres Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kemerdekaan. Moh. Hatta mendapat undangan dalam kongres ini karena pada masa itu Moh.Hatta termaksuk sebagai anggota Presidium Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme untuk Kemerdekaan Nasional Rakyat Tertindas. Dengan demikian, sesuai dengan program PI untuk lebih banyak mengadakan ceramah-ceramah, berpergian ke negara-negara lain untuk studi dan lain sebagainya. Disamping itu untuk menarik perhatian internasional pada masalah Indonesia. Jadi, gerakan PI di Eropa cukup luas dan para mahasiswa Indonesia mempunyai keberanian yang tinggi, tidak kalah dengan mahasiswa dinegara lain. Berita tentang penggerebakan dan penggeledahan tersebut baru diketahui oleh Moh. Hatta pada tanggal 11 juli 1927 dengan membaca surat kabar dari Jerman. Adapun dalam surat kabar tersebut diberitakan, bahwa polisi Belanda pada tanggal 10 juli 1927 pukul 10.00 pagi telah melakukan penggerebekan dan penggeledahan tempat tinggal beberapa anggota Perhimpunan Indonesia. Beberapa anggota telah ditangkap sedang ketuanya melarikan diri.
Ternya, tidak lama kemudian pada tanggal 23 september 1927, empat orang anggota PI ditangkap dan dimasukan kerumah tahanan (buis van bewaring) di Den Haag.empat orang tersebut ialah Moh.Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdul Madjid Djojoadiningrat, dan Ali Sastromidjojo. Setelah ditangkap masing-masing ditutup dalam sel kecil berukuran kurang lebih 2x3 m. Moh. Hatta ditempatkan pada sel no 1, Nazir Pamuntjak sel no 7, Ali Sastromidjojo sel no 14, dan Abdul Majid sel no 55. Dengan demikian antara mahasiswa tersebut tidak dapat saling berhubungan satu sama lain. Namun keadaan rumah tahanan di negeri Belanda termasuk memenuhi syarat kesehatan. Ada empat pengudaraan yang berbentuk ruangan melingkar, dikelilingi tembok tinggi, dan diatasnya tidak tertutup. Ruangan ini dibagi-bagi menjadi beberapa sektor berukuran 6x12 m. Tiap-tiap tahanan menggunakan satu sektor untuk pengudaraan. Disamping itu juga para tahanan diberi kesempatan untuk meminjam buku-buku perpustakaan karena dirumah tahanan tersebut juga terdapat sebuah perpustakaan yang lengkap.
Setelah hampir enam bulan lamanya, para mahasiswa meringkuk dalam tahanan sementara, perkara mereka berempat baru disidangkan. Pada tanggal 8 maret 1928 sidang dibuka dipengadilan negeri Den Haag. Ketua sidang ialah Mr.Cost Budee yang bertindak sebagai penuntut umum, yaitu Mr.Rijkens. kemudian pembela-pembela yang mendampingi adalah Mr.Duys, Mr.Mobach dan nona Mr. L. Weber mereka berempat sebagai tertuduh duduk berjejer menghadap hakim.
Pertanyaan-pertanyaan dimulai oleh hakim ketua, yang sifatnya pertanyaan-pertanyaan dalam berita acara pemeriksaan. Hakim ketua dapat menarik kesimpulan bahwa dari berita acara para tertuduh mengakui bertanggung jawab atas tulisan-tulisan dalam majalah Indonesia merdeka akan tetapi, mereka menyangkal bahwa tulisan-tulisan tersebut merupakan hasutan untuk menghasut rakyat untuk bertindak dengan kekerasan dengan pemerintah. Pernyataan yang demikian diakui oleh para tertuduh dengan serentak. Dengan diakui pernyataan tersebut, selanjutnya nona Mr. Weber dan Mr. Mobach dan Mr. Duys menguraikan pembelaannya setelah selesai menguraikan pembelaannya. Diteruskan oleh Moh.Hatta dan selanjutnya Abdul Madjid, Ali Sastroamidjojo, dan yang terakhir Nazir Pamuntjak. Hingga akhir pesidangan Keputusan hakim memutuskan bahwa tertuduh dibebaskan sementara atas perkaranya. Sedangkan keputusan secara resmi dan tertulis baru akan di berikan dalam waktu dua minggu.
Tiba saatnya dua minggu yang telah dinantikan yaitu pada tanggal 22 maret 1928. Dengan khitmat hakim ketua membaca diktumnya. Keputusan yang telah diambil ialah, bahwa para tertuduh dibebaskan dari segala tuduhan. Karena memang mereka tidak bersalah seperti apa yang dituduhkan itu.
Di masa krisis dunia tahun 1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama makin tidak terdengar lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya tokoh Perhimpunan Indonesia yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga, majalah Indonesia merdeka dilarang masuk ke Indonesia.




Daftar Pustaka

Poesponegoro, Marwati djoned. 2008.Sejarah Nasional Indonesia V.Jakarta:Balai Pustaka.
Ingleson, John. 1993. Perhimpunan Indonesia dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Sudiyo, 2004. Perhimpunan Indonesia.Jakarta:Bina Adiaksara &Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar